Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Wednesday, April 11, 2018

Evolusi Makin Kompleks Terungkap dari Fosil Otak Monster ini

Kata Biologiku - Di tahun 2011 sampai 2016, para ahli paleontologi gabungan Internasional berhasil menemukan belasan fosil monster laut yang diperkirakan berusia lebih dari 520 juta tahun di Buen Formation of Sirius Passet, Greenland Utara. Tak hanya satu, mereka menemukan 15 fosil otak dari predator laut yang bernama Kerygmachela kierkegaardi. Binatang buas ini berbentuk oval dan memiliki organ panjang semacam tanduk di kepalanya. Ia juga punya 11 pasang sirip di setiap sisi dan ekor yang kurus. Bagi dunia sains, susunan anatomi yang dimiliki K. kierkegaardi sebenarnya bukan hal baru. Namun, tidak dengan otaknya.

Berdasarkan temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, Jumat (9/3/2018), ahli paleontologi yang berbasis di Inggris, Jakob Vinther berkata bahwa panjang otaknya bisa mencapai 10 inci atau 25 sentimeter. Kalau otak vertebrata seperti manusia terbagi menjadi tiga bagian, maka otak fosil predator ini hanya memiliki satu bagian. "Ini berarti otak hewan di masa lalu tidak sekompleks otak manusia atau hewan arthropoda seperti laba-laba, lobster, dan kupu-kupu yang memiliki tiga bagian," kata Vinther dilansir Live Science, Kamis (15/3/2018). Ilustrasi ini menunjukkan otak Kerygmachela kierkegaard (kiri) di samping salah satu foto fosilnya (kanan). Ilustrasi ini menunjukkan otak Kerygmachela kierkegaard (kiri) di samping salah satu foto fosilnya (kanan). Temuan otak dengan satu bagian adalah sesuatu yang sangat penting. Apalagi sebelumnya para ilmuwan menduga bahwa nenek moyang semua vertebrata ( ikan, amfibi, reptil, unggas, dan mamalia) dan arthropoda memiliki tiga bagian otak. Berdasarkan hasil analisis anatomi, otak K. kierkegaardi membantu menginervasi atau mendistribusikan saraf ke mata besar dan organ di dahinya untuk berburu mangsa. Makhluk yang sudah punah ini menggunakan 11 pasang lipatan siripnya untuk berenang menembus air dan berburu.

"Matanya yang besar berguna juga untuk menyoroti evolusi arthropoda," ujar ahli paleontologi dari Korea Polar Research Institute, Tae-Yoon Park, yang tergabung dalam penelitian. "Matanya ini ada di antara mata yang sangat simple seperti dimiliki oleh cacing beludru dan beruang air, dengan mata arthropoda yang begitu kompleks," kata Vinther. Berdasar temuan ini, para peneliti berhasil mengungkap seperti apa anatomi makhluk purba di masa lalu. Selain otak, para peneliti juga menemukan bahwa hewan ini punya sistem saraf yang jauh lebih banyak dibanding hewan saat ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fosil Otak Monster Laut Ini Ungkap Evolusi Makin Kompleks",

Naga Laut Purba Ditemukan dengan 6 Bayi di Perutnya, Luar Biasa..

Kata Biologiku - Ahli paleontologi berhasil mengungkap fosil reptil purba yang mengandung 6 sampai 8 embrio di perutnya. Fosil tersebut akhirnya menjadi daya tarik para pengunjung pameran Yorkshire Jurassic World. Fosil reptil purba Ichthyosaurus tersebut mulai dikumpulkan peneliti pada tahun 2010 di Whitby, North Yorkshire, Inggris. Lalu, fosil sempat disimpan oleh seorang kolektor bernama Martin Rigby, sebelum akhirnya diserahkan ke Museum Yorkshire, York. Saat itu, Rigby sempat mengatakan kepada Mike Boyd dan Dean Lomax, dua ahli paleontologi dari Universitas Manchester, bahwa ikan purba tersebut kemungkinan sedang bunting ketika mati. Setelah diteliti, Dean membenarkan kecurigaan Rigby tersebut. Dari spesimen fosil yang berupa batu kecil dan telah dipotong setengah itu, peneliti melihat beberapa tulang rusuk berukuran besar, seperti pada orang dewasa, dan beberapa untai tulang belakang serta berbagai tulang kecil.

 "Kami mempertimbangkan kemungkinan bahwa sisa-sisa kecil itu adalah isi perut, meskipun tampaknya sangat tidak mungkin Ichthyosaurus akan menelan enam hingga delapan bayinya yang digugurkan atau baru lahir," kata Mike. Dia melanjutkan, dan ini tampaknya tidak begitu, karena embrio tidak menunjukkan erosi dari asam lambung. Selain itu, embrio tidak dibarengi dengan isi perut yang biasanya tampak pada Ichthyosaurus dari awal zaman Jura, seperti sisa Belemnitida, hewan mirip cumi-cumi.

Dilansir dari Phys.org, Kamis (5/4/2018), Ichthyosaurus merupakan jenis reptil air yang mendominasi pada zaman Jura. Mereka adalah karnivora yang memangsa reptil lain, ikan, dan hewan laut tak bertulang belakang seperti cumi-cumi Belemnitida. Hewan ini berkembang biak di laut dan melahirkan bayinya, bukan bertelur di daratan seperti jenis reptil lainnya. Fosil Ichthyosaurus memang banyak ditemukan di Inggris, khususnya di wilayah bebatuan Jura. Namun, baru ada lima fosil Ichthyosaurus di antaranya yang ditemukan dalam kondisi bunting. Kelima fosil tersebut semuanya ditemukan para peneliti di wilayah selatan hingga utara Inggris dan rata-rata berusia 190-200 juta tahun. Fosil yang diteliti Dean dan Boyd merupakan fosil Ichthyosaurus pertama yang ditemukan di Yorkshire. Ia juga memilki paling banyak embrio di perutnya dibandingkan penemuan sebelumnya di Inggris. Menurut para peneliti, fosil Ichthyosaurus dari Yorkshire tersebut juga merupakan salah satu fosil termuda dari jenis Ichthyosaurus dari Inggris.
Sarah King, kurator ilmu alam di Museum Yorkshire, mengatakan bahwa penemuan tersebut luar biasa. "Dean dan Mike telah membantu kami mengonfirmasikannya sebagai contoh pertama dari fosil Ichthyosaur dengan embrio yang dapat ditemukan di Yorkshire," katanya. "Tampilannya saat acara Yorkshire Jurassic World menggabungkan teknologi digital terbaru untuk mengungkapkan embrio dan menjelaskan pentingnya penemuan tersebut. Ini juga memungkinkan kita untuk melihat sisi keibuan dari hewan 'Naga Laut' dari zaman purba, yang merupakan predator laut teratas pada masanya," tambah King. Spesimen fosil Yorkshire tersebut bisa disaksikan dalam pameran Yorkshire's Jurassic World, yang baru dibuka pada 24 Maret lalu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Langka, Naga Laut Purba Ditemukan dengan 6 Bayi di Perutnya",

Monday, April 9, 2018

Ikan Betok dan Cara Budidayanya

Betok merupakan ikan asli perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara karakteristiknya yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan Betok memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen di udara. Hal ini dimungkinkan karena ikan ini memiliki organ tubuh bernama labirin yang memungkinkan hal tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki kemampuan bertahan hidup manakala terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan hidup di daratan yakni dapat bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam. Oleh karenanya betok mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut dan pH yang rendah (asam). Betok juga memiliki kemampuan merayap di daratan dengan menggunakan tutup insangnya yang dapat dimegarkan dan dapat berlaku semacam kaki yang dapat berjalan.
Secara morfologi ikan betok memiliki ukuran tubuh kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Berdasarkan analisis kebiasaan makanan diketahui bahwa ikan betok mengkonsumsi delapan kelompok makanan yaitu insekta, ikan, crustasea, serasah, Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan organisme yang tidak teridentifikasi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan betok merupakan ikan omnivora dengan makanan utamanya adalah insekta. Hasil analisis luas relung dan tumpan tindih relung makanan menunjukkan bahwa ikan betok jantan lebih generalis dibandingkan dengan ikan betina sehingga persaingan terhadap makanan lebih potensial terjadi pada ikan betok betina
Ikan betok banyak ditemui di perairan Indonesia. Biasanya ikan ini di alam dapat dijumpai di perairan berawa, sawah irigasi, sungai dan parit-parit. Ikan ini menyebar luas di perairan tawar Indonesia terutama di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Ikan betok sendiri terdiri dari dua jenis yaitu jenis betok hijau dan betok kuning.
Ikan betok yang menyebar luas ini menyebabkan banyaknya nama lain berdasarkan daerahnya. Di Kalimantan terutama di daerah Banjar, dan pesisir Kalimantan Tengah menyebut ikan ini dengan nama ikan papuyu. Terdapat pula sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan nama wadi papuyu. Sementara orang jawa mengenalnya dengan nama bethok atau bethik. Dalam bahasa inggrid ikan ini dikenal dengan nama climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya yang dapat memanjat ke daratan.
Ikan betok sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Harga pasaran ikan betook berada dikisaran yang cukup mahal yakni 20.000 – 40.000 per kilogramnya. Pemenuhan permintaan pasar akan ikan betook masih banyak mengandalkan dari alam. Melihat potensi pasarnya yang masih terbuka dan tidak mungkin terus mengandalkan hasil alam untuk pemenuhan pasar, tentu pembudidayaan adalah salah satu solusinya.
Proses pembudidayaan ikan betok tidaklah sulit karena ikan betok sebenarnya termasuk ikan pemakan segalanya atau omnivore dan kemampuannya yang dapat bertahan lama tanpa oksigen tidak seperti ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan lain-lain.
Budidaya ikan betok sendiri telah berhasil dikembangkan oleh Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Pengembangan budidaya ikan betook telah dimulai sejak tahun 1997 yang meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran di Kolam. Ikan betok yang sangat baik untuk dibudidayakan adalah jenis betook hijau. Perkembangan berat tubuhnya dapat mencapai 200 gram.
Berikut ini adalah salah satu metode proses pembudidayaan ikan betok mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran menggunakan wadah kolam, yaitu sebagai berikut :
Pembenihan
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 – 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 – 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 – 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 – 5 % dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober – April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.
Tahapan berikutnya adalah seleksi induk dan pemijahan (kawin). Pemijahan memanfaatkan hormon ovaprim untuk merangsang induk ikan agar cepat memijah. Dosis ovaprim 0,5 ml/kg berat induk, yang disuntikkan di bagian punggung induk jantan dan betina pada sore hari. Usai penyuntikan, induk jantan dan betina dicampur dalam satu akuarium dengan perbandingan 4 : 1.
Induk tersebut akan memijah dengan sendirinya pada tengah malam. Setelah memijah sekitar 3 – 4 jam, induk dipindahkan ke kolam induk dan telur ikan ditetaskan dalam akuarium. Induk dengan berat 100 gram mampu menghasilkan telur 36 ribu butir. Derajat pembuahan (fertilisasi) telur mencapai 90%. Telur papuyu akan menetas dalam waktu 20 – 24 jam pada suhu 26 – 28 derajat Celcius dengan derajat penetasan (hatching rate) mencapai 90%.
Larva papuyu yang baru menetas dipelihara di akuarium selama 3 hari tanpa diberi pakan tambahan. Setelah 3 hari, larva dipindahkan ke kolam pendederan yang telah disiapkan sebelumnya.
Pendederan dan Pembesaran
Persiapan kolam pendederan meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam. Kolam pendederan berupa kolam tanah atau jika terbuat dari semen maka bagian dasarnya dilapisi tanah setebal 5 – 10 cm. Pengapuran kolam dengan dosis 250 gram/m2 dan dosis pemupukan sebanyak 500 gram/m2. Tujuannya untuk menumbuhkan pakan alami (plankton).
Kolam kemudian diisi air setinggi  40 – 50 cm dan dibiarkan selama 4 – 5 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah itu baru dilakukan penebaran larva pada pagi hari dengan padat tebar larva 100 – 500 ekor/m2. Selama pendederan, larva diberi pakan tambahan berupa pelet yang dihaluskan sebanyak 10 % dari berat total populasi ikan diberikan 2 kali, pagi dan sore hari. Pendederan selama 30 hari akan menghasilkan benih berukuran 1 – 3 cm dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) 30 – 50 %.
Perkembangan budidaya ikan betook saat ini tidak hanya berada di daerah Kalimantan. Berdasarkan laporan buku Statistik Perikanan Budidaya yang dikeluarkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, budidaya ikan ini terdapat pula di pulau Sumatera utama di Provinsi Jambi dan juga terdapat di pulau Sulawesi terutama di provinsi Sulawesi Selatan.
Total Produksi ikan betook secara nasional pada tahun 2010 mencapai 150 ton dengan sebaran produksi terbesar terdapat di pulau Kalimantan terutama Kalimantan Tengah. Budidaya ikan betook di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Selatan. Pada tahun 2010 produksi ikan betook Kalimantan Menyumbangkan produksi nasional sekitar 60 persen dengan perincian yakni Kalimantan Barat sebesar 17 ton, Kalimantan Tengah sebesar 58 ton dan Kalimantan Selatan sebesar 11 ton. Provinsi di luar Kalimantan menyumbangkan total produksi ikan betook sebesar 40 persen dengan perincian yaitu Jambi sebesar 12 ton dan Sulawesi Selatan sebesar 48 ton.
Potensi pembudidayaan ikan betook sangat menjanjikan. Proses budidaya ikan betook tidak terlalu lama bahkan di Negara tetangga Malaysia ikan betook dapat dipelihara sampai ukuran konsumsi selama hanya 4 bulan. Selain itu proses budidaya ikan betook ini juga tidak susah atau rumit karena ikan ini dapat hidup dalam keadaan kondisi kandungan oksigen dan pH yang rendah. Harga di pasaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya sangat tinggi sehingga margin keuntungannya sangat besar apalagi ikan betook termasuk ikan jenis omnivore yang memakan segalanya sehingga pengeluaran akan pakan dapat lebih diminimalkan.
Agar perkembangan ikan betook ini dapat seperti ikan air tawar lainnya, tentu perlu ditingkatkan pasar ikan betook ini agar tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat local di Kalimantan saja sehingga dengan begitu konsumsi ikan khususnya betook akan meningkat dan permintaan akan ikan ini juga meningkat. Selain itu juga perlu dikembangkan di daerah lain budidaya ikan betook yang sangat menjanjikan ini sehingga ikan betook lebih dikenal luas oleh masyarakat.