Betok
merupakan ikan asli perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara
karakteristiknya yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan
Betok memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen di udara. Hal ini dimungkinkan
karena ikan ini memiliki organ tubuh bernama labirin yang memungkinkan hal
tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki kemampuan bertahan hidup manakala
terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan hidup di daratan yakni
dapat bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam. Oleh karenanya betok
mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut
dan pH yang rendah (asam). Betok juga memiliki kemampuan merayap di daratan
dengan menggunakan tutup insangnya yang dapat dimegarkan dan dapat berlaku
semacam kaki yang dapat berjalan.
Secara
morfologi ikan betok memiliki ukuran tubuh kecil, panjang hingga sekitar 25 cm,
namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi
atas tubuh (dorsal)
gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di
sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan.
Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang
tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Berdasarkan
analisis kebiasaan makanan diketahui bahwa ikan betok mengkonsumsi delapan
kelompok makanan yaitu insekta, ikan, crustasea, serasah, Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae,
dan organisme yang tidak teridentifikasi. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa ikan betok merupakan ikan omnivora dengan makanan utamanya
adalah insekta. Hasil analisis luas relung dan tumpan tindih relung makanan
menunjukkan bahwa ikan betok jantan lebih generalis dibandingkan dengan ikan
betina sehingga persaingan terhadap makanan lebih potensial terjadi pada ikan
betok betina
Ikan betok
banyak ditemui di perairan Indonesia. Biasanya ikan ini di alam dapat dijumpai
di perairan berawa, sawah irigasi, sungai dan parit-parit. Ikan ini menyebar
luas di perairan tawar Indonesia terutama di daerah Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Ikan betok sendiri terdiri dari dua jenis yaitu jenis betok hijau
dan betok kuning.
Ikan betok
yang menyebar luas ini menyebabkan banyaknya nama lain berdasarkan daerahnya.
Di Kalimantan terutama di daerah Banjar, dan pesisir Kalimantan Tengah menyebut
ikan ini dengan nama ikan papuyu. Terdapat pula sebagian masyarakat yang
menyebutnya dengan nama wadi papuyu. Sementara orang jawa mengenalnya dengan
nama bethok atau bethik. Dalam bahasa inggrid ikan ini dikenal dengan nama climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada
kemampuannya yang dapat memanjat ke daratan.
Ikan betok
sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Harga pasaran ikan betook berada
dikisaran yang cukup mahal yakni 20.000 – 40.000 per kilogramnya. Pemenuhan
permintaan pasar akan ikan betook masih banyak mengandalkan dari alam. Melihat
potensi pasarnya yang masih terbuka dan tidak mungkin terus mengandalkan hasil
alam untuk pemenuhan pasar, tentu pembudidayaan adalah salah satu solusinya.
Proses
pembudidayaan ikan betok tidaklah sulit karena ikan betok sebenarnya termasuk
ikan pemakan segalanya atau omnivore dan kemampuannya yang dapat bertahan lama
tanpa oksigen tidak seperti ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan
lain-lain.
Budidaya ikan
betok sendiri telah berhasil dikembangkan oleh Balai Budidaya Air Tawar
Mandiangin, Kalimantan Selatan. Pengembangan budidaya ikan betook telah dimulai
sejak tahun 1997 yang meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran di Kolam.
Ikan betok yang sangat baik untuk dibudidayakan adalah jenis betook hijau.
Perkembangan berat tubuhnya dapat mencapai 200 gram.
Berikut ini
adalah salah satu metode proses pembudidayaan ikan betok mulai dari pembenihan
sampai dengan pembesaran menggunakan wadah kolam, yaitu sebagai berikut :
Pembenihan
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 – 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 – 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 – 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 – 5 % dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober – April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 – 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 – 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 – 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 – 5 % dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober – April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.
Tahapan
berikutnya adalah seleksi induk dan pemijahan (kawin). Pemijahan memanfaatkan
hormon ovaprim untuk merangsang induk ikan agar cepat memijah. Dosis ovaprim
0,5 ml/kg berat induk, yang disuntikkan di bagian punggung induk jantan dan
betina pada sore hari. Usai penyuntikan, induk jantan dan betina dicampur dalam
satu akuarium dengan perbandingan 4 : 1.
Induk tersebut
akan memijah dengan sendirinya pada tengah malam. Setelah memijah sekitar 3 – 4
jam, induk dipindahkan ke kolam induk dan telur ikan ditetaskan dalam akuarium.
Induk dengan berat 100 gram mampu menghasilkan telur 36 ribu butir. Derajat
pembuahan (fertilisasi) telur mencapai 90%. Telur papuyu akan menetas dalam
waktu 20 – 24 jam pada suhu 26 – 28 derajat Celcius dengan derajat penetasan
(hatching rate) mencapai 90%.
Larva papuyu
yang baru menetas dipelihara di akuarium selama 3 hari tanpa diberi pakan
tambahan. Setelah 3 hari, larva dipindahkan ke kolam pendederan yang telah
disiapkan sebelumnya.
Pendederan dan Pembesaran
Persiapan
kolam pendederan meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan
pengisian air kolam. Kolam pendederan berupa kolam tanah atau jika terbuat dari
semen maka bagian dasarnya dilapisi tanah setebal 5 – 10 cm. Pengapuran kolam
dengan dosis 250 gram/m2 dan dosis pemupukan sebanyak 500 gram/m2. Tujuannya
untuk menumbuhkan pakan alami (plankton).
Kolam kemudian
diisi air setinggi 40 – 50 cm dan dibiarkan selama 4 – 5 hari untuk
menumbuhkan pakan alami. Setelah itu baru dilakukan penebaran larva pada pagi
hari dengan padat tebar larva 100 – 500 ekor/m2. Selama pendederan, larva
diberi pakan tambahan berupa pelet yang dihaluskan sebanyak 10 % dari berat
total populasi ikan diberikan 2 kali, pagi dan sore hari. Pendederan selama 30
hari akan menghasilkan benih berukuran 1 – 3 cm dengan tingkat kelangsungan
hidup (Survival Rate/SR) 30 – 50 %.
Perkembangan
budidaya ikan betook saat ini tidak hanya berada di daerah Kalimantan.
Berdasarkan laporan buku Statistik Perikanan Budidaya yang dikeluarkan oleh
Ditjen Perikanan Budidaya, budidaya ikan ini terdapat pula di pulau Sumatera
utama di Provinsi Jambi dan juga terdapat di pulau Sulawesi terutama di
provinsi Sulawesi Selatan.
Total Produksi
ikan betook secara nasional pada tahun 2010 mencapai 150 ton dengan sebaran
produksi terbesar terdapat di pulau Kalimantan terutama Kalimantan Tengah.
Budidaya ikan betook di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah dan Selatan. Pada tahun 2010 produksi ikan betook Kalimantan
Menyumbangkan produksi nasional sekitar 60 persen dengan perincian yakni
Kalimantan Barat sebesar 17 ton, Kalimantan Tengah sebesar 58 ton dan
Kalimantan Selatan sebesar 11 ton. Provinsi di luar Kalimantan menyumbangkan
total produksi ikan betook sebesar 40 persen dengan perincian yaitu Jambi
sebesar 12 ton dan Sulawesi Selatan sebesar 48 ton.
Potensi
pembudidayaan ikan betook sangat menjanjikan. Proses budidaya ikan betook tidak
terlalu lama bahkan di Negara tetangga Malaysia ikan betook dapat dipelihara
sampai ukuran konsumsi selama hanya 4 bulan. Selain itu proses budidaya ikan
betook ini juga tidak susah atau rumit karena ikan ini dapat hidup dalam
keadaan kondisi kandungan oksigen dan pH yang rendah. Harga di pasaran yang
sangat tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya sangat tinggi sehingga
margin keuntungannya sangat besar apalagi ikan betook termasuk ikan jenis
omnivore yang memakan segalanya sehingga pengeluaran akan pakan dapat lebih
diminimalkan.
Agar
perkembangan ikan betook ini dapat seperti ikan air tawar lainnya, tentu perlu
ditingkatkan pasar ikan betook ini agar tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat
local di Kalimantan saja sehingga dengan begitu konsumsi ikan khususnya betook
akan meningkat dan permintaan akan ikan ini juga meningkat. Selain itu juga
perlu dikembangkan di daerah lain budidaya ikan betook yang sangat menjanjikan
ini sehingga ikan betook lebih dikenal luas oleh masyarakat.
No comments:
Write komentar