Monday, April 9, 2018

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber negletus(SAANIN, 1984).
Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo Percomorphi.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuanfengan kembung jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada air laut(Saanin,1984)
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil (DJUHANDA, 1981).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977)mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut disebabkan oleh adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan oleh biochrome (pigmen pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini disebabkan karena adanya pigmen chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi oleh pigmen purin, sedangkan warna kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan karena pengaruh pigmen pembawa warna yaitu pigmen indigoid.

Ikan Betok dan Cara Budidayanya

Betok merupakan ikan asli perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara karakteristiknya yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan Betok memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen di udara. Hal ini dimungkinkan karena ikan ini memiliki organ tubuh bernama labirin yang memungkinkan hal tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki kemampuan bertahan hidup manakala terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan hidup di daratan yakni dapat bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam. Oleh karenanya betok mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut dan pH yang rendah (asam). Betok juga memiliki kemampuan merayap di daratan dengan menggunakan tutup insangnya yang dapat dimegarkan dan dapat berlaku semacam kaki yang dapat berjalan.
Secara morfologi ikan betok memiliki ukuran tubuh kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Berdasarkan analisis kebiasaan makanan diketahui bahwa ikan betok mengkonsumsi delapan kelompok makanan yaitu insekta, ikan, crustasea, serasah, Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan organisme yang tidak teridentifikasi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan betok merupakan ikan omnivora dengan makanan utamanya adalah insekta. Hasil analisis luas relung dan tumpan tindih relung makanan menunjukkan bahwa ikan betok jantan lebih generalis dibandingkan dengan ikan betina sehingga persaingan terhadap makanan lebih potensial terjadi pada ikan betok betina
Ikan betok banyak ditemui di perairan Indonesia. Biasanya ikan ini di alam dapat dijumpai di perairan berawa, sawah irigasi, sungai dan parit-parit. Ikan ini menyebar luas di perairan tawar Indonesia terutama di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Ikan betok sendiri terdiri dari dua jenis yaitu jenis betok hijau dan betok kuning.
Ikan betok yang menyebar luas ini menyebabkan banyaknya nama lain berdasarkan daerahnya. Di Kalimantan terutama di daerah Banjar, dan pesisir Kalimantan Tengah menyebut ikan ini dengan nama ikan papuyu. Terdapat pula sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan nama wadi papuyu. Sementara orang jawa mengenalnya dengan nama bethok atau bethik. Dalam bahasa inggrid ikan ini dikenal dengan nama climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya yang dapat memanjat ke daratan.
Ikan betok sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Harga pasaran ikan betook berada dikisaran yang cukup mahal yakni 20.000 – 40.000 per kilogramnya. Pemenuhan permintaan pasar akan ikan betook masih banyak mengandalkan dari alam. Melihat potensi pasarnya yang masih terbuka dan tidak mungkin terus mengandalkan hasil alam untuk pemenuhan pasar, tentu pembudidayaan adalah salah satu solusinya.
Proses pembudidayaan ikan betok tidaklah sulit karena ikan betok sebenarnya termasuk ikan pemakan segalanya atau omnivore dan kemampuannya yang dapat bertahan lama tanpa oksigen tidak seperti ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan lain-lain.
Budidaya ikan betok sendiri telah berhasil dikembangkan oleh Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Pengembangan budidaya ikan betook telah dimulai sejak tahun 1997 yang meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran di Kolam. Ikan betok yang sangat baik untuk dibudidayakan adalah jenis betook hijau. Perkembangan berat tubuhnya dapat mencapai 200 gram.
Berikut ini adalah salah satu metode proses pembudidayaan ikan betok mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran menggunakan wadah kolam, yaitu sebagai berikut :
Pembenihan
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 – 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 – 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 – 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 – 5 % dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober – April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.
Tahapan berikutnya adalah seleksi induk dan pemijahan (kawin). Pemijahan memanfaatkan hormon ovaprim untuk merangsang induk ikan agar cepat memijah. Dosis ovaprim 0,5 ml/kg berat induk, yang disuntikkan di bagian punggung induk jantan dan betina pada sore hari. Usai penyuntikan, induk jantan dan betina dicampur dalam satu akuarium dengan perbandingan 4 : 1.
Induk tersebut akan memijah dengan sendirinya pada tengah malam. Setelah memijah sekitar 3 – 4 jam, induk dipindahkan ke kolam induk dan telur ikan ditetaskan dalam akuarium. Induk dengan berat 100 gram mampu menghasilkan telur 36 ribu butir. Derajat pembuahan (fertilisasi) telur mencapai 90%. Telur papuyu akan menetas dalam waktu 20 – 24 jam pada suhu 26 – 28 derajat Celcius dengan derajat penetasan (hatching rate) mencapai 90%.
Larva papuyu yang baru menetas dipelihara di akuarium selama 3 hari tanpa diberi pakan tambahan. Setelah 3 hari, larva dipindahkan ke kolam pendederan yang telah disiapkan sebelumnya.
Pendederan dan Pembesaran
Persiapan kolam pendederan meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam. Kolam pendederan berupa kolam tanah atau jika terbuat dari semen maka bagian dasarnya dilapisi tanah setebal 5 – 10 cm. Pengapuran kolam dengan dosis 250 gram/m2 dan dosis pemupukan sebanyak 500 gram/m2. Tujuannya untuk menumbuhkan pakan alami (plankton).
Kolam kemudian diisi air setinggi  40 – 50 cm dan dibiarkan selama 4 – 5 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah itu baru dilakukan penebaran larva pada pagi hari dengan padat tebar larva 100 – 500 ekor/m2. Selama pendederan, larva diberi pakan tambahan berupa pelet yang dihaluskan sebanyak 10 % dari berat total populasi ikan diberikan 2 kali, pagi dan sore hari. Pendederan selama 30 hari akan menghasilkan benih berukuran 1 – 3 cm dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) 30 – 50 %.
Perkembangan budidaya ikan betook saat ini tidak hanya berada di daerah Kalimantan. Berdasarkan laporan buku Statistik Perikanan Budidaya yang dikeluarkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, budidaya ikan ini terdapat pula di pulau Sumatera utama di Provinsi Jambi dan juga terdapat di pulau Sulawesi terutama di provinsi Sulawesi Selatan.
Total Produksi ikan betook secara nasional pada tahun 2010 mencapai 150 ton dengan sebaran produksi terbesar terdapat di pulau Kalimantan terutama Kalimantan Tengah. Budidaya ikan betook di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Selatan. Pada tahun 2010 produksi ikan betook Kalimantan Menyumbangkan produksi nasional sekitar 60 persen dengan perincian yakni Kalimantan Barat sebesar 17 ton, Kalimantan Tengah sebesar 58 ton dan Kalimantan Selatan sebesar 11 ton. Provinsi di luar Kalimantan menyumbangkan total produksi ikan betook sebesar 40 persen dengan perincian yaitu Jambi sebesar 12 ton dan Sulawesi Selatan sebesar 48 ton.
Potensi pembudidayaan ikan betook sangat menjanjikan. Proses budidaya ikan betook tidak terlalu lama bahkan di Negara tetangga Malaysia ikan betook dapat dipelihara sampai ukuran konsumsi selama hanya 4 bulan. Selain itu proses budidaya ikan betook ini juga tidak susah atau rumit karena ikan ini dapat hidup dalam keadaan kondisi kandungan oksigen dan pH yang rendah. Harga di pasaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya sangat tinggi sehingga margin keuntungannya sangat besar apalagi ikan betook termasuk ikan jenis omnivore yang memakan segalanya sehingga pengeluaran akan pakan dapat lebih diminimalkan.
Agar perkembangan ikan betook ini dapat seperti ikan air tawar lainnya, tentu perlu ditingkatkan pasar ikan betook ini agar tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat local di Kalimantan saja sehingga dengan begitu konsumsi ikan khususnya betook akan meningkat dan permintaan akan ikan ini juga meningkat. Selain itu juga perlu dikembangkan di daerah lain budidaya ikan betook yang sangat menjanjikan ini sehingga ikan betook lebih dikenal luas oleh masyarakat.

Resmi, IAIN Palangkaraya Menjadi Anggota Konsorsium Universitas Internasional

PALANGKARAYA – Nama IAIN Palangkaraya semakin berkibar di level peruguran tinggi ingernasional. Melalui berbagai kiprahnya, perguruan tinggi di Kalteng ini bahkan didaulat sebagai anggota konsorsium internasional.
Kepastian ini diungkapkan Rektor IAIN Palangkaraya Ibnu Elmi AS Pelu, yang secara resmi mengaku telah menerima informasi tersebut dari Netherlands-Indonesia Consortium for Muslim-Christian Relations (NICMR).
“Diterimanya IAIN Palangkaraya sebagai salah satu anggota penting NICMR menandakan kepercayaan pihak universitas dunia terhadap keseriusan dan potensi IAIN Palangkaraya dalam bidang riset dan kerjasama internasional,” ujar Ibnu Pelu kepada Tribunkalteng.com, Jumat (23/3/2018).
Dia membeberkan trik yang menjadi alasan IAIN Palangkaraya dapat menyejajarkan diri dengan peruguran tinggi lain di dunia internasional. Salah satunya, program riset kolaboratif internasional antara IAIN Palangkaraya dan Radboud University, Belanda pada 2017.
Ketika itu, tema Interreligious Relations among Different Religious Communities in Central Kalimantan dianggap sebagai salah satu rujukan yang mendasari semangat kebersamaan dalam keberagaman beragama dan keyakinan.
Pada program riset kolaboratif tersebut, Prof Frans Wijsen, dekan Faculty of Philosophy, Theology and Religious Studies, Radboud University, yang sekaligus juga sebagai Ketua Dewan Pengawas NICMR, hadir ke Palangkaraya selama seminggu
Ketua ICR IAIN Palangka Raya 2016-2017 Asep Iqbal, mengungkapkan NICMR beranggotakan beberapa lembaga pendidikan tinggi dan lembaga non-pemerintah di Belanda dan Indonesia seperti Protestan Theological University Amsterdam-Groningen, Nijmegen Institute for Mission Studies Radboud University, UIN Yogyakarta, dan Center for Religious and Cross-Cultural Studies UGM yang berpusat di Amsterdam, Belanda dan Yogyakarta, Indonesia,
NICMR merupakan konsorsium internasional yang penting dalam peningkatan hubungan antar agama melalui penelitian, konfrensi internasional, edukasi masyarakat dan kajian akademik di bidang relasi antara agama, khususnya Islam dan Kristen.
“Keanggotan IAIN Palangkaraya di NICMR diharapkan akan mendorong semua pihak untuk terus meningkatkan kualitas kerjasama riset di level regional dan internasional sebagai langkah strategis menuju universitas kelas dunia (world class university),” timpal Ibnu Elmi.

Rasa Empati Manusia Dibentuk, Bukan Diturunkan secara Genetik

Kata Biologiku - Empati, kemampuan untuk berbagi dan memahami orang lain bukan diturunkan secara genetik oleh leluhur kita. Studi yang pernah dilakukan mengenai genetik dasar empati, hanya menemukan 10 persen variasi gen yang terkait dengan welas asih dan pemahaman soal akan kondisi emosional seseorang. Artinya memiliki rasa empati merupakan hasil bentukan yang berdasarkan pada faktor sosial, seperti pola asuh dan lingkungan. Baca juga : Kekurangan Hormon Cinta Bikin Hati Kurang Empati Untuk mencapai konklusi tersebut, tim dari Universitas Cambrige bekerja dengan perusahan genetika 23andMe untuk mengambil sampel DNA dari 46.000 orang dan meminta mereka untuk melengkapi kuisioner untuk mengukur tingkat empati yang dikenal dengan Empathy quotient (EQ). Mereka kemudian membandingkan data genetik dengan skor EQ untuk menentukan seberapa besar keterkaitan empati dengan gen. "Ini merupakan langkah penting untuk memahami bagaimana gen berperan dalam membentuk empati seseorang. Termasuk juga memahami faktor non-genetik lain yang mempengaruhi empati," kata Varun Warrier, peneliti dari Universitas Cambrige yang memimpin penelitian ini. Meski sudah berhasil menunjukkan peran gen pada rasa empati namun tim peneliti mengakui belum dapat mengidentifikasi secara spesifik gen mana yang terlibat menciptakakan empati tersebut. Baca juga : Memahami Empati dan Mengapa Manusia Membutuhkannya Selain itu ada beberapa hal lain yang peneliti temukan dari studi itu. Mereka menemukan bahwa perempuan rata-rata lebih berempati daripada pria. Namun mereka tidak menemukan dasar genetik untuk perbedaan tersebut. Dan mereka juga menemukan bahwa varian genetik yang terkait dengan tingkat empati yang lebih rendah juga dikaitkan dengan risiko autisme yang lebih tinggi. "Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan sampel yang lebih besar untuk menjawab temuan ini, dan juga untuk menentukan jalur biologis yang tepat terkait dengan perbedaan empati pada setiap individu," kata Thomas Bourgeon, peneliti yang juga terlibat dalam studi ini. Termasuk juga membantu kita memahami orang-orang dengan autisme yang harus berjuang untuk membayangkan pemikiran dan perasaan orang lain. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Translational Psychiatry.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rasa Empati Manusia Dibentuk, Bukan Diturunkan secara Genetik",

Kenapa Manusia Bisa Berjerawat Sedang Hewan Tidak? Sains Jelaskan

Kata Biologiku - Jerawat di wajah adalah salah satu hal yang paling mengesalkan. Tapi, tahukah Anda ternyata jerawat ada hubungannya dengan masa lalu evolusi kita. Hal ini pula yang membedakan manusia dengan hewan. Wajah kita sangat mudah dihiasi jerawat, namun tidak dengan hewan. Jerawat yang secara ilmiah dikenal sebagai Acne vulgaris, sebenarnya muncul ketika folikel rambut tersumbat oleh minyak kulit dan sel kulit mati. Benjolan merah yang meradang disebabkan oleh iritasi sebagai respon terhadap Propionibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat yang tinggal di kulit tiap orang.
Dilansir IFL Science, Sabtu (7/4/2018), sebenarnya kebersihan hanya menyumbang sedikit faktor terkait munculnya jerawat. Justru, faktor diet dan genetika yang banyak berperan menimbulkan jerawat. Jerawat yang umumnya muncul saat masa pubertas, timbul karena perubahan hormon yang mengakibatkan kelenjar sebasea pada kulit mengeluarkan lebih banyak sekresi berminyak yang dikenal dengan istilah sebum. Sebagian besar mamalia menghasilkan sebum untuk melumasi dan melembabkan kulit dengan menciptakan lapisan lilin.
Cara ini juga digunakan kulit sebagai penghalang kuman agar tidak menembus kulit. Menurut ahli teori evolusi Stephen Kellet dan Paul Gilbert, evolusi pada manusia telah menghilangkan banyak sekali rambut pada manusia. Meski demikian, kelenjar sebaceous tetap memompa sedikit sebum di kulit kita. Menurut mereka, sedikit rambut di kulit manusia akan membuat sebum menumpuk dan mengakibatkan pori-pori lebih mudah tersumbat. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh anjing atau kucing yang berambut pendek. Contohnya kucing persia yang sangat rentan mengalami jerawat kucing di sekitar wajah dan dagu. Kedua area itu memang memiliki rambut jauh lebih pendek dari area tubuh lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Manusia Bisa Berjerawat Sedang Hewan Tidak? Sains Jelaskan",