Algae atau tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang
hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati
habitat yang lembab atau basah. Algae dibagi menjadi beberapa kelas yaitu:
o Kelas Flagellata
o Kelas Diatomeae
o Kelas Chlorophyceae
o Kelas Conjugatae
o Kelas Charophyceae
o Kelas Phaeophyceae
Pada pokok bahasan ini, akan dibahas mengenai kelas
Phaeophyceae dan kelas Rhodophyceae.
A. Kelas
Phaeophyceae
Phaeophyceae adalah ganggang
yang berwarna pirang. Di dalam kromatoforanya terkandung klorofil –a, karotin,
dan santofil, terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya
dan ikut menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Sebagai hasil
asimilasi dan sebagai cadangan zat makanan, 50% dari berat keringnya terdiri
atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan
lebih dekat dengan selulosa daripada dengan tepung, sehingga tidak ditemukannya
zat tepung. Selain laminarin, ditemukan jugamanit, minyak,
dan zat – zat lain. Dinding selnya yang sebelah dalam terdiri atas selulosa,
yang sebelah luar dari pectin, dan dibawah pektin terdapat algin, suatu zat
yang menyerupai gelatin, yaitu garam Ca dari asam alginate yang pada laminaria
merupakan 20-60% dari berat keringnya. Sel – selnya hanya mempunyai satu inti.
Pada tingkat perkembangan Phaeophyceae dapat
bergerak berupa zoospore dan gamet, mempunyai dua bulu cambuk yang heterokon
dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk buah per atau sekoci.
Pada waktu bergerak bulu cambuk yang panjang yang mempunyai rambut – rambut
mengkilap menghadap ke muka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan
keluarnya bulu cambuk terdapat bentuk mata berwarna pirang kemerah – merahan,
dan dalam bagian yang lebar itu terdapat satu kromatofor yang berwarna pirang.
Habitat dari Phaeophyceae :
Kebanyakan Phaeophyceae hidup dalam air
laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup dalam air tawar. Di laut dan di
samudera di daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang
amat besar dan sangat berbeda – beda bentuknya. Gangggang ini termasuk bentos,
melekat pada batu – batu, sering berperan sebagai epifit pada talus ganggang
lain, bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Phaeophyceae dibagi
menjadi beberapa kelas yaitu :
a. Bangsa Phaeosporales
Sebagian besar bangsa ini merupakan ganggang pirang. Kebanyakan
mempunyai perawakan seperti Cladophora, ada pula yang
mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya.
Perkembang biakan :
· aseksual dengan zoospora, terjadi karena
adanya pembelahan reduksi. Sporangium yang berbentuk gelembung mula – mula
mempunyai satu inti saja. Kemudian terjadi pembelahan inti dan kromatofor
sampai beberapa kali. Dari zoospora tumbuh gametofit haploid dengan gametangium
yang berwarna kotak – kotak.
· seksual dengan isogami, gametangium
bersel banyak. Tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat, hingga terjadi suatu
gametangium yang berkotak – kotak. Tiap kotak mengeluarkan satu isogamet.
Kopulai isogamet menghasilkan zigot, langsung berkecambah tumbuh menjadi
diploid, yang mempunyai sporangium beruang satu saja.
Pada bentuk-bentuk yang masih
sederhana, gamet-gamet sama bentuk dan ukurannya (isogamet). Pada yang
lebih tinggi tingkatannya gamet-gamet menunjukkan perbedaan dalam
gerakan. Pada Phaeosporales tidak ada oogami. Kadang-kadang
tumbuhan betina lebih besar dari yang jantan, misalnya pada Heterochordaria
abietina. Phaeosporales antara lain mencakup suku Ectocarpaceae dan Cutleriaceae.
b. Bangsa Laminariales
Laminariales yang
lebih tinggi tingkatannya mempunyai sporofit dengan diferensiasi
morfologi dan anatomi yang lebih tinggi serta mempunyai ukuran yang besar.
Dalam bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, meliputi:
Ø Macrocystis pyrifere, talus dapat
mencapai 60 m dengan berat sampai 100 kg. Sumbu talus bebas, mempunyai
cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan kadang-kadang sampai 3
m panjangnya.
Ø Lessonia sp. Mempunyai talus
yang bentuknya seperti pohon palma
Ø Laminaria cloustoni, panjangnya sampai 5
m. Pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai
daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbarui.
Pada Laminaria terdapat pergiliran
keturunan yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid berganti
dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk
dan susunan (memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder yang jelas). Gametofit
berasal dari zoospora, gametofit jantan bercabang-cabang lebih banyak, cepat
tumbuhnya, pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel,
masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.
Gametofit betina terdiri atas sel-sel yang besar, tumbuhnya
lambat, tidak mempunyai banyak sel, dalam keadaan luar biasa hanya terdiri atas
1 sell terbentuk pipa dan menghasilkan oogonium yang mengandung satu telur
saja. Sel telur yang telanjang itukeluar melalui suatu lubang pada ujung
oogonium, dan tetap melekat disitu. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi
sporofit . pada permukaan sporofit selain terdapat sel-sel madul berbentuk
buluh (parafisis), juga terdapat sel-sel berbentuk ganda yang tidak lain ialah
sporangium beruang satu. Masing-masing sporangium menghasilkan banyak zoospora
dengan dua bulu cambuk.
Ø Nerecystis luetkeana, talus mempunyai
bagian seperti batang yang panjangnya 70 m, pada ujungnya terdapat gelembung
pengapung dan bagian-bagian talus berbentuk lembaran-lembaran.
c. Bangsa Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk
sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora.
Pembiakan seksual dengan
oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang
berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel
telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya.
Mungkin sebenarnya juga ada 2 bulu cambuk, tetapi yang kedua demikian
pendeknya, hingga sampai sekarangdiabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran
dan beraturan, dan keduanya mempunyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang
menggarpu, misalna Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan
Eropa. Sporofit dan gametofit isomorf.
Bangsa Dictyotales terdiri
atas satu suku saja yaituDictyotaceae yang meliputi beberapa jenis,
antara lain Dictyota dichotoma, Dictyopteris polypoides, Padina
pavonia.
d. Bangsa Fucales
Bersama-sama dengan Laminariales ganggang
ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan
generatif dengan oogami, sedangkan pembiakan vegetatif tidak ada. Fucales hanya
terdiri atas suku Fucaceae, meliputi Fucus
serratus. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus
berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah, kaku
seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan suatu
alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung cabang-cabang talus membesar dan
mempunyai lekukan-lekukan yang disebut kontaseptake yang
didalamnya terdapat oogonium, anteridium, dan parafisis.
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong, tiap
anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Spermatozoid terdiri atas bahan inti,
suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Oogonium berupa suatu badan
yang duduk di atas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel
telur. Hanya sekitar 40 % sel telur dapat dibuahi, dan setiap 100.000
spermatozoid hanya 1-2 saja yang dapat membuahi.
Selain Ficus serratus dalam suku ini
termasuk pula Fucus vesiculosus, Sargassum vulgare, Turbinaria
decurrens.
Ujung talus Phaeophycae mempunyai
titik tumbuh yang terdiri atas suatu sel ujung. Jaringan dalamnya dapat
dibedakan dalam jaringan asimilasi di sebelah luar, dan jaringan penimbun
makanan cadangan di sebelah dalam. Pada dinding selnya terdapat noktah.
Terdapat pula jaringan yang berguna untuk pengangkutan hasil asimilasi.
Phaeophyceae mempunyai
perkembangan yang setingkat dengan Chrolophyceae.Pada perkembang
biakan seksual sama dengan Chlorophyceae , terdapat pula
perkembangbiakan tingkat dari osogami menjadi oogami. Pergantian keturunan pun
bermacam-macam. Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora,
dengan demikian berganti-ganti terdapat gametofit yang haploid dan sporofit
yang diploid. Gametofit dan sporofit dapat isomort, dapat juga heteromorf.
Beberapa jenisPhaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang
mempunyai khasiat obat, misalnyaLaminaria cloustoni dan Fucus
vesiculosus. Selain itu, dari Phaeophyceae dapat
menghasilkan asam alginat, soda, dan manit.
B. Kelas
Rhodophyceae
Rhodophyceae memiliki warna merah hingga ungu, terkadang
juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromotofora berbetuk cakram atau
suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karatenoid, tetapi warna tersebut
tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin.
Sedangkan pada jenis tertentu terdapat fikosianin.
Sebagai
hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang
juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, selain irtu juga terdapat
floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak.
Kadang-kadang juga terdapat pirenoid.
Rhodophyceae
selalu bersifat autotrof sedangkan yang heterotrof tidak mempunyai kromatofora
dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. Dinding sel terdiri atas dua
lapis, yang bagian dalam terdiri atas selulosa sedangkanyang bagian luar
terdiri atas pektin yang berlendir. Kebanyakan hidup didalam air laut, terutama
didalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya
bergelombang pendek. Talus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan sederhana
pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim,
melainkan hanya merupakan plektinkim.
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan
pembentukan spora, dan dapat pula secara seksual (oogami). Baik spora ataupun
gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, sehingga tidak dapat bergerak aktif.
Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florodeae.
1. Anak
Kelas Bangieae (Protoflorideae)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada
percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat
memperlihatkan gerakan ameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Dalam golongan
ini yang termasuk suku Bangiaceae yang membewahi antara lain ganggang
tanah Porphyridium cruentum dan Ganggang laut Bangia
artopurpurea.
2. Anak
Kelas Florideae
Talus yang masih sederhana tetapi umumnya hampir selalu
bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk seperti
benang, lembaran-lembaran. Percabangannya menyirip atau menggarpu. Pembiakan
secara seksual. Disini juga terjadi pergiliran keturunan, tetapi gametofit dan
sporofit yang disini berupa benang-benang sporogen tidak terpisah, sprofit yang
berupa benang dan hanya terdiri atas beberapa sel itu hidup sebagai parasit
pada gemetofinya. Pada warga Florideae lainnya terdapat pergiliran antar 3
keturunan dalam daur hidupnya yaitu :
ü Gametofit yang haploid yang mempunyai
anteridium dan karpogonium
ü Karposporofit yang diploid, mengeluarkan
karpospora diploid yang kemudian tumbuh menjadi
ü Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai
gametofit (keturunan pertama), akan tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual,
melainkan mempunyai sporangium yang masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora).
a. Bangsa Nemalionales
Didalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang
antara lain mencakupBatrachospermum monilifome, Bonnemaisonia hamifera.
b. Bangsa Gelidiales
Didalamnya termasuk suku Gelidiaceae,
misalnya Gelidium cartilagineaum dan Gelidiumlichenoides,
terkenal sebagai penghasil agar-agar.
c. Bangsa Gigartinales
Kebanyakan terdiri atas ganggang laut. Dan dua warganya
menghasilkan bahan yang berguna, ialah Chondrus crispus dan Gigartina
mamillosa, penghasil karagen ataulumut islandia yang berguna
sebagai bahan obat.
d. Bangsa Nemastomales
Dalam bangsa ini termasuk antara lain suku
Ceramiaceaedalamnya. Contoh jenis ganggang yang tergolong dalam suku ialah
Callithamnion corymbosum.
No comments:
Write komentar