Sunday, January 14, 2018

Algae (Tumbuhan ganggang)

Algae atau tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Algae dibagi menjadi beberapa kelas yaitu:
o   Kelas Flagellata
o   Kelas Diatomeae
o   Kelas Chlorophyceae
o   Kelas Conjugatae
o   Kelas Charophyceae
o   Kelas Phaeophyceae
o   Kelas Rhodophyceae


Pada pokok bahasan ini, akan dibahas mengenai kelas Phaeophyceae dan kelas Rhodophyceae.
A.    Kelas Phaeophyceae
Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Di dalam kromatoforanya terkandung klorofil –a, karotin, dan santofil, terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan ikut menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Sebagai hasil asimilasi dan sebagai cadangan zat makanan, 50% dari berat keringnya terdiri atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada dengan tepung, sehingga tidak ditemukannya zat tepung. Selain laminarin, ditemukan jugamanitminyak, dan zat – zat lain. Dinding selnya yang sebelah dalam terdiri atas selulosa, yang sebelah luar dari pectin, dan dibawah pektin terdapat algin, suatu zat yang menyerupai gelatin, yaitu garam Ca dari asam alginate yang pada laminaria merupakan 20-60% dari berat keringnya. Sel – selnya hanya mempunyai satu inti.
Pada tingkat perkembangan Phaeophyceae  dapat bergerak berupa zoospore dan gamet, mempunyai dua bulu cambuk yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk buah per atau sekoci. Pada waktu bergerak bulu cambuk yang panjang yang mempunyai rambut – rambut mengkilap menghadap ke muka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan keluarnya bulu cambuk terdapat bentuk mata berwarna pirang kemerah – merahan, dan dalam bagian yang lebar itu terdapat satu kromatofor yang berwarna pirang.
Habitat dari Phaeophyceae :
Kebanyakan Phaeophyceae hidup dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup dalam air tawar. Di laut dan di samudera di daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat berbeda – beda bentuknya. Gangggang ini termasuk bentos, melekat pada batu – batu, sering berperan sebagai epifit pada talus ganggang lain, bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Phaeophyceae dibagi menjadi beberapa kelas yaitu :
a.      Bangsa Phaeosporales
Sebagian besar bangsa ini merupakan ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai perawakan seperti Cladophora, ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya.
Perkembang biakan :
· aseksual dengan zoospora, terjadi karena adanya pembelahan reduksi. Sporangium yang berbentuk gelembung mula – mula mempunyai satu inti saja. Kemudian terjadi pembelahan inti dan kromatofor sampai beberapa kali. Dari zoospora tumbuh gametofit haploid dengan gametangium yang berwarna kotak – kotak.
· seksual dengan isogami, gametangium bersel banyak. Tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat, hingga terjadi suatu gametangium yang berkotak – kotak. Tiap kotak mengeluarkan satu isogamet. Kopulai isogamet menghasilkan zigot, langsung berkecambah tumbuh menjadi diploid, yang mempunyai sporangium beruang satu saja.
     Pada bentuk-bentuk yang masih sederhana, gamet-gamet sama bentuk dan ukurannya (isogamet). Pada yang lebih  tinggi tingkatannya gamet-gamet menunjukkan perbedaan dalam gerakan. Pada Phaeosporales tidak ada oogami. Kadang-kadang tumbuhan betina lebih besar dari yang jantan, misalnya pada Heterochordaria abietina. Phaeosporales antara lain mencakup suku Ectocarpaceae dan Cutleriaceae.
b.      Bangsa Laminariales
Laminariales yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai sporofit  dengan diferensiasi morfologi dan anatomi yang lebih tinggi serta mempunyai ukuran yang besar. Dalam bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, meliputi:
Ø  Macrocystis pyrifere, talus dapat mencapai 60 m dengan berat sampai 100 kg. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan kadang-kadang sampai 3 m panjangnya.
Ø  Lessonia sp.  Mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma
Ø  Laminaria cloustoni, panjangnya sampai 5 m. Pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbarui.
Pada Laminaria terdapat pergiliran keturunan yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid berganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk dan susunan (memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder yang jelas). Gametofit berasal dari zoospora, gametofit jantan bercabang-cabang lebih banyak, cepat tumbuhnya, pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.
Gametofit betina terdiri atas sel-sel yang besar, tumbuhnya lambat, tidak mempunyai banyak sel, dalam keadaan luar biasa hanya terdiri atas 1 sell terbentuk pipa dan menghasilkan oogonium yang mengandung satu telur saja. Sel telur yang telanjang itukeluar melalui suatu lubang pada ujung oogonium, dan tetap melekat disitu. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit . pada permukaan sporofit selain terdapat sel-sel madul berbentuk buluh (parafisis), juga terdapat sel-sel berbentuk ganda yang tidak lain ialah sporangium beruang satu. Masing-masing sporangium menghasilkan banyak zoospora dengan dua bulu cambuk.
Ø  Nerecystis luetkeana, talus mempunyai bagian seperti batang yang panjangnya 70 m, pada ujungnya terdapat gelembung pengapung dan bagian-bagian talus berbentuk lembaran-lembaran.
c.       Bangsa Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora.
      Pembiakan seksual dengan oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya juga ada 2 bulu cambuk, tetapi yang kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarangdiabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempunyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalna Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa. Sporofit dan gametofit isomorf.
      Bangsa Dictyotales terdiri atas satu suku saja yaituDictyotaceae yang meliputi beberapa jenis, antara lain Dictyota dichotoma, Dictyopteris polypoides, Padina pavonia.
d.      Bangsa Fucales
Bersama-sama dengan Laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami, sedangkan pembiakan vegetatif tidak ada. Fucales hanya terdiri atas suku Fucaceae,  meliputi Fucus serratus. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan suatu alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung cabang-cabang talus membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut kontaseptake yang didalamnya terdapat oogonium, anteridium, dan parafisis.
Anteridium  berupa sel-sel berbentuk jorong, tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Spermatozoid terdiri atas bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Oogonium berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur. Hanya sekitar 40 % sel telur dapat dibuahi, dan setiap 100.000 spermatozoid hanya 1-2 saja yang dapat membuahi.

Selain Ficus serratus dalam suku ini termasuk pula Fucus vesiculosus, Sargassum vulgare, Turbinaria decurrens.
Ujung talus  Phaeophycae mempunyai titik tumbuh yang terdiri atas suatu sel ujung. Jaringan dalamnya dapat dibedakan dalam jaringan asimilasi di sebelah luar, dan jaringan penimbun makanan cadangan di sebelah dalam. Pada dinding selnya terdapat noktah. Terdapat pula jaringan yang berguna untuk pengangkutan hasil asimilasi.
Phaeophyceae mempunyai perkembangan yang setingkat dengan Chrolophyceae.Pada perkembang biakan seksual sama dengan Chlorophyceae , terdapat pula perkembangbiakan tingkat dari osogami menjadi oogami. Pergantian keturunan pun bermacam-macam. Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora, dengan demikian berganti-ganti terdapat gametofit yang haploid dan sporofit yang diploid. Gametofit dan sporofit dapat isomort, dapat juga heteromorf. Beberapa jenisPhaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang mempunyai khasiat obat, misalnyaLaminaria cloustoni dan Fucus vesiculosus. Selain itu, dari Phaeophyceae dapat menghasilkan asam alginat, soda, dan manit.
B.     Kelas Rhodophyceae
Rhodophyceae memiliki warna merah hingga ungu, terkadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromotofora berbetuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karatenoid, tetapi warna tersebut tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin. Sedangkan pada jenis tertentu terdapat fikosianin.
            Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, selain irtu juga terdapat floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Kadang-kadang juga terdapat pirenoid.
            Rhodophyceae selalu bersifat autotrof sedangkan yang heterotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. Dinding sel terdiri atas dua lapis, yang bagian dalam terdiri atas selulosa sedangkanyang bagian luar terdiri atas pektin yang berlendir. Kebanyakan hidup didalam air laut, terutama didalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Talus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektinkim.
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dan dapat pula secara seksual (oogami). Baik spora ataupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, sehingga tidak dapat bergerak aktif. Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florodeae.
1.      Anak Kelas Bangieae (Protoflorideae)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan ameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Dalam golongan ini yang termasuk suku Bangiaceae yang membewahi antara lain ganggang tanah Porphyridium cruentum dan Ganggang laut Bangia artopurpurea.
2.      Anak Kelas Florideae
Talus yang masih sederhana tetapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk seperti benang, lembaran-lembaran. Percabangannya menyirip atau menggarpu. Pembiakan secara seksual. Disini juga terjadi pergiliran keturunan, tetapi gametofit dan sporofit yang disini berupa benang-benang sporogen tidak terpisah, sprofit yang berupa benang dan hanya terdiri atas beberapa sel itu hidup sebagai parasit pada gemetofinya. Pada warga Florideae lainnya terdapat pergiliran antar 3 keturunan dalam daur hidupnya yaitu :
ü  Gametofit yang haploid yang mempunyai anteridium dan karpogonium
ü  Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid yang kemudian tumbuh menjadi
ü  Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangium yang masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora).
a.      Bangsa Nemalionales
Didalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang antara lain mencakupBatrachospermum monilifome, Bonnemaisonia hamifera.
b.      Bangsa Gelidiales
Didalamnya termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium cartilagineaum dan Gelidiumlichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.
c.       Bangsa Gigartinales
Kebanyakan terdiri atas ganggang laut. Dan dua warganya menghasilkan bahan yang berguna, ialah Chondrus crispus dan Gigartina mamillosa, penghasil karagen ataulumut islandia yang berguna sebagai bahan obat.
d.      Bangsa Nemastomales
Dalam bangsa ini termasuk antara lain suku Ceramiaceaedalamnya. Contoh jenis ganggang yang tergolong dalam suku ialah Callithamnion corymbosum.

No comments:
Write komentar